Rabu, 16 November 2011

Kendalikan!

sebagai motivator

Tadi pagi, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli beberapa koran serta majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut.


Orang pertama jelas jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.


Orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, "Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual menyebalkan itu?"


Sahabatnya menjawab, "Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain."


"Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali," bantah orang pertama. Ia masih merasa kesal.


"Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri."


Seandainya ada orang yang melakukan hal yang buruk kepada kita, jangan pernah biarkan orang tersebut menentukan cara kita bertindak. Sayangnya, seringkali kita tidak berbuat demikian. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadinya sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.


Mari renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dgn baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!! Be an "actor", not a "reactor".

by : Andi Arsyil Rahman Putra

Hati dan Sampah

Pulang dari mengisi sebuah acara Ramadhan di Jakarta


Suatu hari, seorang pria naik sebuah taksi dan pergi menuju bandara. Ketika sedang melaju cepat (pada jalur yang benar), tiba-tiba sebuah mobil hitam--tanpa memberi tanda apa pun--menyerobot mengambil jalan di depan taksi itu.
Si supir taksi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobilnya berdecit dan berhenti hanya beberapa sentimeter dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam membuka jendela, menjulurkan kepalanya, dan memaki-maki si supir taksi. Namun apa yang terjadi? Supir taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan dengan ringan, pada orang tersebut.
Penumpangnya sangat heran dengan sikap sopir taksi yang bersahabat. Ia bertanya, "Kok Bapak bisa bersikap seperti itu? Pengemudi mobil hitam itu bisa saja menabrak dan merusak taksi Bapak, juga mungkin mengirim kita ke rumah sakit!"

Supir taksi itu, kemudian menjelaskan "Hukum Truk Sampah" pada penumpangnya. Katanya, banyak orang yang seperti truk sampah. Mereka berjalan membawa "sampah", seperti rasa frustasi, kemarahan, dan kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada Anda.

"Tidak usah dimasukkan ke dalam hati," kata bapak tua pengemudi taksi itu. "Tersenyum saja! Lambaikan tangan, lalu lanjutkan hidup. Jangan ambil 'sampah' mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang Anda temui, baik di tempat kerja, di rumah, atau dalam perjalanan."

Intinya, jangan biarkan "truk sampah" merusak suasana hati dan hari-hari kita. Kasihi orang yang memperlakukan Anda dengan baik dan benar, serta berdolah bagi yang tidak. Hidup itu 10 persennya mengenai apa yang Anda buat dengannya dan 90 persen tentang bagaimana kamu menghadapinya. Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.
Selamat menikmati hidup yang penuh berhah dan bebas dari "sampah"!

by : Andi Arsyil Rahman Putra